Kamis, 18 Desember 2008

RUHANI YANG RINGKIH

Nasehat dari alm Ust. H. Ahmad Madany, Lc

Ada fenomena berbahaya yang menggejala pada sebagian kader
dakwah.
Fenomena tersebut dapat terbaca oleh mereka yang jeli memperhatikan
tutur kata, pandangan mata serta gerak langkah kader tadi. Fenomena yang
dimaksud berupa melemahnya aspek ibadah serta meringkihnya sisi ruhiyah.


Bagi kalangan kader yang mengemban tugas menggerakkan roda dakwah (amilin), hal demikian sangat berbahaya dan berpotensi besar melemahkan kekuatan harakah, disamping sebagai bukti menjauhnya mereka dari manhaj yang mereka kenali. Semua kita tahu bahwa aspek ruhiyah serta ibadah merupakan garapan terdepan manhaj tarbiyah. Penekanan terhadap kedua aspek tadi bukanlah suatu yang berlebihan sehingga mengesankan adanya upaya pembentukan arus tasawuf dalam harakah dakwah. Yang jelas kedua aspek tadi adalah amar (perintah) dari Allah yang harus ditegakkan di samping menjadi wasilah atau sarana yang akan menopang soliditas harakah.

Al-Quran banyak sekali memberi penekanan terhadap aspek-aspek ruhiyah, ibadah, taqarrub, khasysyah, inabah, tsiqah serta tawakal kepada Allah. Begitupun sunnah nabawiyah memberikan perhatian besar terhadap semua aspek tadi seraya banyak sekali menuangkan permisalan agar dapat dipahami maknanya dengan baik. Aplikasi nilai-nilai tadi akan mampu mengokohkan ruhiyah dan memberikan peluang kepada diri untuk mengembangkan potensi yang selanjutnya mampu memikul amanah dakwah.Selain itu, setiap kader akan dapat merasakan manisnya iman, indahnya zuhud, mementingkan yang disediakan Allah di akhirat serta tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan. Apabila nilai-nilai tadi lepas dari genggaman setiap kader, maka akan meringkihkan ruhiyahnya, kemudian sakit dan berakhir dengan kematian ruhiyah tersebut, nau`dzubillah. Fenomena ruhiyah yang ringkih dan lemah tidak sedikit jumlahnya. Di sini disebutkan sebagian sambil menurunkan beberapa kasus dilapangan agar dapat menjadi peringatan bagi setiap kader agar ia dapat segera mengatasinya.

1.Merasakan keras dan kasarnya hati, sampai-sampai seseorang merasakan bahwa hatinya telah berubah menjadi batu keras. Di mana tidak ada sesuatupun yang dapat merembes kepadanya ataupun mempengaruhinya. Ungkapan ini tidaklah berlebihan, bukankah Al-Qur'an telah menerangkan bahwa hati dapat mengeras sekeras batu. Allah berfirman, "Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi?". (Q.S. Al-Baqarah: 74).
2. Perangai yang tersumbat dan dada yang sempit. Sampai-sampai terasa ada beban berat menghimpit dan nyaris terengah-engah kelelahan, sering mengomel dan mengeluh terhadap sesuatu yang tidak jelas atau gelisah dan sempit dalam pergaulan sehingga tidak peduli terhadap derita orang lain, bahkan timbul ketidaksukaan kepada mereka.
3.Tidak terpengaruh oleh ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung ancaman, tuntutan, larangan atau tentang peristiwa kiamat. Dia mendengarkan Al-Qur'an seperti mendengar kalam-kalam lainnya. Lebih berbahaya lagi apabila dia merasa sempit ketika mendengarkan ayat Al-Qur'an seperti sempitnya dia ketika mendengarkan omongan orang lain. Dia tidak menyediakan waktu sedikitpun untuk tilawah dan apabila mendengarnya dari orang lain dia tidak melakukannya dengan khusyu' dan tenang.
4.Peristiwa kematian tidak memberikan bekas pada dirinya. Begitu juga ketika menyaksikan orang mati, mengusung jenazah atau menguburkannya di liang lahat, sedikitpun tidak ada pengaruh pada dirinya. Jika melewati pekuburan seakan hanya berpapasan dengan batu-batu bisu, dan tidak mengingatkannya akan kematian.
5.Kecintaanya terhadap kesenangan duniawi senantiasa bertambah. Kesukaannya memenuhi syahwat selalu berkobar. Fikirannya tidak jauh dari pelampiasan syahwat tadi sehingga dia merasa tentram bila sudah memperolehnya. Apabila melihat orang lain memperoleh kenikmatan dunia seperti; harta, kedudukan, pangkat, rumah atau pakaian yang bagus, dia merasa tersiksa dan menganggap dirinya gagal. Lebih tersiksa lagi apabila yang mendapatkan kenikmatan duniawi itu adalah saudaranya sendiri atau sahabatnya. Terkadang timbul pada dirinya penyakit hasad atau dengki di mana dia tidak ingin kenikmatan itu tetap ada pada saudaranya.
6.Ada kegelapan dalam ruhiyah yang berbekas di wajahnya. Hal ini dapat diamati oleh mereka yang memiliki ketajaman firasat dan memandang dengan nur Allah. Setiap mu'min memiliki nur sesuai dengan kadar keimanannya, dia mampu melihat sesuatu yang tidak mampu dilakukan orang lain. Kegelapan ruhiyah tadi ada begitu pekat sampai begitu jelas tergambar di wajahnya dan dapat diamati oleh mereka yang memiliki firasat imaniyah paling lemah sekalipun. Tetapi kegelapan yang remang-remang hanya dapat diamati oleh mereka yang memiliki firasat imaniyah yang kuat.
7.Bermalas-malasan dalam melakukan kebaikan dan ibadah. Hal tersebut terlihat dengan kurangnya perhatian dan semangat. Shalat yang dilakukan hanya sekedar gerakan, bacaan, berdiri dan duduk yang tidak memiliki atsar atau pengaruh sedikitpun. Bahkan tampak dia merasa terganggu oleh shalat seakan dia berada dalam penjara yang dia ingin berlepas darinya secepat mungkin.
8.Lupa yang keterlaluan kepada Allah. Sedikitpun dia tidak berdzikir dengan lisannya dan tidak juga ingat kepada-Nya. Padahal dia selalu menyaksikan ciptaan Allah SWT. Bahkan terkadang dia merasa keberatan untuk sekedar berdzikir atau berdo'a kepadanya. Jika dia mengangkat tangannya, cepat sekali dia turunkan kembali untuk segera pergi.Ruhiyah yang ringkih seperti sudah dipaparkan sebelumnya, fenomenanya mulai terlihat jelas pada hari-hari ini. Ia termanifestasi dalam perasaan, pikiran, sikap dan perilaku yang itampilkan oleh kader-kader dakwah dalam pergaulan dakwahnya, sebagaimana juga dalam pergaulan sosial, ekonomi dan politik. Keringkihan ruhiyah ini - apapun bentuknya - hanya menghasilkan kerentanan dan kerawanan atas berbagai bentuk fitnah yang bisa muncul. Fitnah yang bisa merusak kebaikan individu, organisasi dan jama'ah dakwah secara keseluruhan. Berbagai persoalan yang kita hadapi dalam perjalanan dakwah ini tentu saja memerlukan penyelesaian secara menyeluruh dan terpadu. Bukan saja pada aspek manusianya, tetapi juga sistem, kebijakan dan budaya gerakan. Namun kita juga memahami, sentral dari semua kekuatan dakwah kita adalah pada sumber daya manusia (kader) nya. Dan sentral kekuatan setiap kader adalah pada jiwa atau ruhaninya. Mengobati ruhiyah yang sakit, menguatkan yang sehat, serta memeliharanya agar tetap sehat dan kuat menjadi pekerjaan paling penting. Bagaimana kita melakukan semua itu secara individual? Berikut saya lanjutkan taujih dan wasiat almarhum ustadz Ahmad Madani, Lc. tentang kiat penyembuhan ruhiyah yang ringkih.

-o0o-
Kiat penyembuhanya
1. Selalu dzikrullah.

Yaitu senantiasa berdzikir dengan lisan disertai dengan persetujuan hati, tafakur akan ciptaan Allah dan mengambil petunjuk melalui makhluk-makhluk-Nya untuk mengetahui keagungan kekuasaan-Nya, kecermatan hikmah-Nya, keluasan rahmat-Nya, serta keterikatan makhluk dengan-Nya. Juga selalu merasakan pengawasan Allah dan kekuasaan-Nya yang mutlak terhadap manusia serta pentingnya memiliki sifat malu kepada-Nya. Semua hal tersebut di atas tidak mungkin dicapai dengan mudah bagi orang yang ringkih ruhiyahnya. Untuk memperolehnya diperlukan kesabaran, tekad, tidak gelisah serta bertahap sedikit demi sedikit. Setap kali dia memperoleh sebagian hal di atas maka akan menguatlah ruhiyahnya dan semakin berkurang keringkihannya hingga sirna tanda-tanda penyakit ruhiyah tadi. Selanjutnya dia memasuki tahap penyembuhan sampai sembuh total. Ketika itulah dia akan merasakan nikmatnya nilai-nilai luhur tadi dan dia akan semakin lengket kepadanya. Orang yang ringkih ruhiyahnya bagikan penderita sakit yang tidak nafsu kepada makanan yang enak.Tetapi dengan berlalunya waktu dan mencoba memasukkan makanan sedikit demi sedikit, fisiknya akan kembali kuat dan sirnalah tanda-tanda penyakit. Setelah itu dia kembali sehat dan dapat menikmati makanan yang enak dengan penuh kerinduan dan suka cita
.
2. Menghadirkan potret akhirat dan segala yang terjadi ketika itu.
Ada orang yang berkeinginan untuk dapat kembali ke dunia guna menghabiskan seluruh umurnya demi keselamatannnya jika mungkin. Hendaknya seorang kader merenung bahwa rumah akhirat pertama yang akan ditempatinya adalah kubur. Hendaklah dia membayangkannya dengan tajam, memasang potret kubur yang gelap itu di ingatannya serta mengenang tidurnya yang sendirian di mana tidak ada penghibur kecuali amalnya.
Tersebutlah dahulu ada seorang shalih yang arif menggali sebuah kubur di rumahnya, setiap kali dia merasa kekerasan di hatinya, dimasukinya kubur tersebut seraya membaca firman Allah, "Dia berkata, Ya Rabb kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang shalih terhadap yang telah kutinggalkan" (Q.S. Al- Mu'minun: 99-100). Kemudian orang shalih itu berkata, "Wahai jiwa, kini engkau telah kembali ke dunia, maka beramallah yang shalih!.
.
3. Hendaklah setiap kader ingat bahwa kematian lebih dekat kepadanya dari tali sendalnya.
Janganlah dia tertipu oleh masa muda, kekuatan serta kesegarannya. Kematian tidak mengenal masa muda. Kekuatan dan kesehatan tidak mampu mencegah kehadirannya. Di antara hikmah dan rahmat Allah kepada kita, Dia memperlihatkan kepada kita kematian yang merenggut nyawa seorang bayi, anak kecil, orang muda, orang tua dan juga orang sakit. Oleh karenanya setiap orang harus ingat bahwa dia pasti mengalami kematian kapan saja agar selalu bertambah kehati-hatian dan bersiap-siap meninggalkan dunia.

Tahukah engkau wahai saudaraku tentang kematian dan sakaratul maut yang menakutkan itu? Ketika sakaratul maut tiba pada diri seseorang, syaitan menghimpun segala kekuatan, kelicikan dan fikirannya. Dia berkata kepada dirinya, "Jika orang ini lepas dari genggamanku, aku tidak akan mampu lagi mempengaruhinya." Maka dibujuknya orang itu untuk kufur, dicintakan kepadanya kemurtadan dan dihiasinya dunia di matanya sembari mengingatkan orang tersebut akan kenikmatan yang dia inginkan, agar orang tersebut berpaling dari akhirat dan harapan bertemu Allah.Akhirnya orang itupun tidak ingin mengalami kematian dan matilah dia dalam kekufuran, nauzubillah. Diceritakan tentang seorang arif yang dikunjungi oleh para sahabatnya ketika sedang menderita sakit yang membawa kepada kematiannya. Ketika itu mereka melihat orang bijak tadi menangis. Maka dihiburnyalah dia dengan mengingatkan bahwa seluruh perbuatannya adalah baik dan rahmat Allah pasti tercurah untuknya. Orang arif tersebut berkata, "Aku menangisi imanku yang aku khawatirkan dirampas ketika sakaratul maut!" Bukanlah tempatnya di sini untuk menerangkan hakikat ucapan orang arif tersebut. Cukuplah sebagai pelajaran bagi setiap kader bahwa menghadirkan kematian dan tidak melupakannnya akan membuat dirinya senantiasa merasa asing hidup di dunia ini. Dia dapat memahami dengan baik ma'na ungkapan Rasul SAW, "Jadilah engkau di dunia, seakan seorang asing atau (bahkan) pengembara. Dan golongkan dirimu dalam kelompok penduduk kubur." (HR Bukhari, Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majjah dari Abdullah bin Umar).

Perasaan terasing tersebut berdampak sangat unik, diantaranya: Pertama, segala sandungan serta cobaan yang dialami oleh setiap kader akan terasa ringan. Kedua, derita terasa ringan, hati menjadi sabar, kebahagiaan yang tercela mengisut dan dunia yang menipu menjadi jauh. Ketiga, pandangan kader akan tertuju ke tempat tinggal yang sebenarnya berupa rumah akhirat. Dia tidak merasa tentram dengan kehidupan duniawi apalagi condong kepadanya. Seorang asing menyadari bahwa menetapnya di negeri asing hanyalah sementara sedang hatinya selalu menoleh ke rumah yang tidak akan pernah binasa, rumah bahagia dan tanpa derita. Rumah yang dekat dangan Rabbnya di mana dia dapat melihat-Nya. Dan apabila seorang kader merenungi kenikmatan akhirat dia pun akan terbuai harapan dan cita-cita. Harapan yang benar tentunya harus diiringi upaya yang sungguh-sungguh agar dapat sampai kepada yang dicita-citakan.
.
4. Memelihara dengan serius segala sarana penyuci diri dan menopangnya dengan kekuatan dan semangat.
Sesungguhnya ruhani dapat menjadi kotor dan butuh penyucian. Dia pun akan mengalami kelesuan maka harus selalu diberi semangat. Dia juga mengalami sakit yang membutuhkan pengobatan. Sebagaimana dia pun mengalami kelemahan yang perlu diberi kekuatan. Semuanya itu berupa ibadah yang terus menerus dan yang paling utama adalah shalat.

Maka bukanlah suatu yang mengada-ada apabila Rasulullah mewasiatkan pentingnya shalat kepada ummatnya ketika beliau akan menutup hayatnya. Shalat, suatu ibadah yang menyenangkan dan dapat menyucikan ruh dari segala kotoran dan menghubungkan seorang hamba kepada Rabb-nya. Begitu pula harakah ini pun mewasiatkan kepada setiap kader untuk membaca Al- Qur'an sebelum shubuh atau sesudahnya, membaca wirid ma'tsurat sughra dan berziarah kubur sekali dalam sepekan setelah melaksanakan tugas-tugas di atas. Untuk memudahkan bangun pagi, setiap akh hendaknya menghindari tidur terlalu malam jika tidak ada kepentingan mendesak. Merekapun hendaknya tidak membiasakan menggunakan jam weker.
.
Wahai ikhwah!!..
Kami mencintai kalian sebagaimana kami mencintai diri kami sendiri. Kami berharap agar cinta ini berharga di sisi Allah sebagaimana kami pun berharap semoga Allah menghimpun kita dalam kebenaran dan jihad di dunia serta kebahagiaan abadi di akhirat kelak. Apa yang kami sampaikan ini bukanlah sekedar tulisan untuk mengisi kekosongan, menyenangkan fikiran atau menyegarkan jiwa sesaat saja dan setelah itu tak ada lagi guna. Tulisan ini adalah arahan yang harus kita pegang erat karena dia adalah bagian dari manhaj Islam. Dengan melaksanakan apa yang tertera di sini, kalian akan mampu dengan idzinAllah, memikul da'wah dan jihad fi sabilillah. Pasanglah tekad kalian untuk melaksanakannya dan jujurlah kepada Allah niscaya Allah akan membuktikan apa yang dijanjikan-Nya.
Diposkan oleh fkp di 19:54:00

Kamis, 11 Desember 2008

Jangan Engkau Tukar Akhirat dengan Dunia

oleh Mashadi
Selasa, 11/11/2008 16:14 WIB

Sejak Rasulullah shalllahu alaihi wa salam hijrah di Madinah, bersama-sama para muhajirin, seperti diriwayatkan oleh Ibn Jarir, bahwa Yunus bin Abdul A’la mengabarinya dari Ibnu Wahab dari Sa’id bin Abdurrahman al-Jumahi, bahwa ia mendengar khotbah Rasulullah shallahu alaihi wa salam shalat Jum’at yang pertama di Madinah, tepatnya di Bani Salim bin Amru bin Auf. Inilah khotbah Rasulullah shallahu alaihi wa salam itu.

“Alhamdulillah. Aku memuji-Mu, meminta pertolongan-Nya, meminta ampunan-Nya, dan meminta hidayah-Nya. Aku beriman kepada-Nya, tidak kafir kepada-Nya. Aku memusuhi orang yang mengingkari-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak tuhan selain Allah yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya. Dia mengutusnya dengan petunjuk dan agama yang benar, dengan cahaya, dan mau’izhah setelah lama tidak diutus para rasul, di tengah sedikitnya ilmu dan kesesatan manusia serta kedekatan dengan kiamat. Barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah lurus. Dan barangsiapa mendurhakai mereka, maka ia telah melampui batas dan sesat dengan jelas.

Aku berwasiat kepada kalian dengan takwa kepada Allah. Hal terbaikyang aku wasiatkan kepada seorang muslim adalah mendorongnya agar beramal demi akhirat dan menyuruhnya bertakwa kepada Allah. Takutlah kepada hal yang telah diperingatkan-Nya kepada kalian. Tidak ada nasihat yang lebih afdhal dari pada itu. Tidak ada peringatan yang lebih baik daripada itu. Itu adalah ketakwaan bagi orang yang mengamalkannya dengan perasaan takut dan gentar. Merupakan penyokong yang kuat atas pahala akhirat yang kalian dambakan. Barang siapa memperbaiki perkara rahasia dan terang-terangan antara ia dan Allah dengan tidak meniatkannya kecuali untuk Allah, maka hal itu akan menjadi pengingat baginya pada kehidupan dunianya dan bekal setelah mati ketika seorang manusia membutuhkan apa yang telah ia kerjakan”.

“.. Ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu (kiamat) ada masa yang jauh, dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksanya. Dan, Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya”. (Ali Imran: 30).

Zat yang firman-Nya benar dan Dia mewujudkan janji-Nya. Dia berfirman:
“Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku”. (Qaaf: 29).

Bertakwalah kepada Allah dalam masalah dunia dan akhirat kalian, baik yang rahasia maupun yang terang-terangan karena :

".. Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya”. (ath-Thalaaq: 5).

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya ia telah mendapat untung yang sangat besar. Sesungguhnya, takwa kepada Allah akan melindungi kalian dari murka-Nya, hukuman-Nya, dan amarah-Nya. Takwa kepada Allah akan mencerahkan wajah, membuat Tuhan ridho, dan meninggikan derajat. Carilah keberuntungan kalian, jangan melalaikan hak Allah. Allah mengajarkan Kitab-Nya kepada kalian dan menjelaskan jalan-Nya agar mengetahui mana orang-orang ,yang benar dan mana yang berbohong. Oleh karena itu, berbuatlah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kalian. Musuhilah musuh-musuh-Nya dan berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benarnya.

Dia telah memilih kalian dan menamai kalian muslimin, “ … agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula)”. (al Anfal :42).

Tiada kekuatan selain dengan-Nya. Perbanyaklah zikir mengingat Allah. Beramallah untuk bekal setelah mati. Barangsiapa yang menjaga hubungan dirinya dengan Allah, maka Dia yang akan menjaga hubungannya dengan sesama manusia karen Allah menetapkan keputusan atas diri manusia dan mereka tidak dapat menetapkan keputusan atas-Nya. Dia memiliki dari-Nya. Allah Mahabesar. Dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang Mahatinggi dan Mahaagung.”

Hendaknya kita mengingat ini semua. Mari kita manfaatkan baik-baik setiap dari hidup kita ini. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah shallahu alaihi wa salam bahwa Rasulullah saw, bersabda : “Bersegeralah melakukan amal-amal shaleh, karena akan datang fitnah seperti malam yang gelap gulita. Pada pagi hari seseorang msih mukmin, tapi sorenya sudah menjadi kafir, atau pada sore hari ia mukmin dan pada keesokan harinya ia menjadi kafir. Ia menjual agamanya demi mendapat harta dunia”. (HR.Muslim)

Addy bin ZHatim meriwayatkan bahwa Rasulullah shallahu alaihi wa salam bersabda: “Lindungilahdiri kalian dari neraka, meski dengan sebiji kurma. Jika ada yang tidak punya,ia dapat melakukannya dengan menyampaikan perkataan yang benar”. (HR.Buchori dan Muslim).

Khotbat Baginda Rasulullah Shallahu alaihi wa salam penuh dengan makna. Marilah kita memperhatikan dan menghayati khotbah beliau. Sebagai bekal hidup. Jangan sampai kita semakin jauh dari apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallahu alaihi wa salam. Agar manusia terbebas dari beratnya siksa neraka kelak di akhirat.

Tak ada manusia yang bebas dari janji Allah Azza Wa Jalla, bagi mereka yang berbuat baik di dunia, ia akan mendapatkan ganjaran pahala, dan akan kekal di surga-Nya. Sebaliknya, bagi mereka yang menegakkan kebathilan dalam hidupnya, maka ia akan mendapatkan ganjaran yang setimpal, neraka jahanam, dan kekal di dalamnya. Wallahu.

sumber:eramuslim