Minggu, 30 Agustus 2009

persiapan bazar ramadhan


Ternyata banyak juga ya persiapin bazar, lagi belajar untuk berbisnis, coba memberanikan diri ikut bazar:
produk andalan biasa kerudung ceria refanes, dan madu, sari kurma dan al-quran assyamil, sambil terima juga titipan dari teman.
khusus untuk persiapan biar menarik peminat untuk kerudung ceria refanes, seminggu sebelum bazar, saya sama istri belanja dulu kerudung dan baju refanes, terus hari sabtu dan ahad tgl 30-31 kita coba foto session baju2 dan kerudung refanes dengan model darren, lala dan yani.sudah selesai foto2, kita cetak terus dbuat madding, foto2 model ditempel. Selain itu persiapan property dsb. capek jugga.... pe malam kerjainnya.

tapi gak papa, namanya juga usaha, harus bersusah-susah dahulu, insya Allah nanti akan meresakan hasilnya. amiin

Rabu, 19 Agustus 2009

Yuk Tutup Aurat, Sayang…


Oleh: Anggraini Lubis
Foto: Koleksi Pribadi (maaf saya ganti)


ImageAnak-anak perempuan yang belum baligh memang belum wajib menutup aurat mereka. Namun latihan sejak kecil sungguh penting dalam membentuk pribadi anak menjadi Muslimah yang taat kepada Allah.

Bagaimana ya caranya agar Ani belajar menutup auratnya?” demikian pertanyaan seorang teman dalam suatu kajian yang saya ikuti. Menutup aurat merupakan sebuah kewajiban bagi setiap Muslimah. Sebagaimana shalat dan ibadah lainnya, menutup aurat pun harus diajarkan sejak dini. Bukankah Allah telah memerintahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyuruh perempuan
menutup auratnya?

“Hai Nabi, katakanlah kepada istriistrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya (jilbab adalah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada) ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”( QS Al-Ahzab: 59) Lalu bagaimana mengajarkan menutup aurat pada Muslimah kecil kita ya? Ini kiatnya

Beri Contoh
Sebagai orangtua, ada satu kata yang harus Anda ingat dalam mendidik anak. “Ingatlah anak-anak meniru dari orangtuanya”. Karenanya sebagaimana saat Anda mengajarkannya shalat dan ibadah lain, akan lebih berarti jika Anda yang mencontohkannya. “Contoh adalah hal yang utama dalam mendidik anak. Jika ingin anak berjilbab, maka ibu dan wanita di sekeliling si anak harus lebih dulu mencontohkan,” kata Rahmadani Hidayatin, psikolog pada Universitas Medan Area, Medan.

Sejak Kecil
Terkadang kita melihat ada orangtua yang memakaikan busana princess dengan alasan agar anak terbiasa memakai busana yang feminin. Hari ini banyak orangtua maupun guru yang gelisah bagaimana menjadikan anaknya percaya diri. Islam seakan-akan sudah tidak cukup lagi. Padahal, kita yang menjadi penyebabnya. Kita ajarkan anak kita berjilbab agar mereka menjadi orang yang memuliakan syari’at Allah semenjak usia mereka yang masih belia. Tetapi saat berbicara, bukan iman yang kita tanamkan, melainkan keinginan untuk memperoleh tepuk-tangan manusia yang kita bangkitkan. Kalau mereka tidak berjilbab, bukan kita ingatkan mereka tentang mahabbatullah (cinta kepada Allah), melainkan biar cantik dilihat orang. Maksud kita baik, tetapi yang kita teriakkan, “Ayo, coba dipakai jilbabnya. Ih, jelek ah kalau nggak pakai jilbab.” Begitu mereka memakai jilbabnya, segera saja kita memuji, Nah…, begitu dong. Kalau pakai jilbab cantik kan?” Ah, andaikan saja pujian yang jarang kita berikan pada anak itu lebih mengingatkan mereka kepada Tuhannya, insya-Allah akan lain ceritanya. Tetapi tidak. Kita lebih sering memuji mereka meskipun tampaknya kita lebih sering mencela dengan alasan-alasan yang tidak menghidupkan jiwa. Kalau memang memakai jilbab hanya untuk cantik, bukankah ada jalan lain agar tampil lebih cantik lagi daripada sekedar pakai jilbab? Sebagaimana cara kita memuji anak saat pakai jilbab, seperti itu pula seringkali kita menganjurkan anak-anak berpakaian yang patut saat ke masjid. Kita suruh mereka pakai pakaian yang bagus biar tidak malu pada teman. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid. Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihlebihan.” (QS. Al-A’raaf: 31).
Hikmah
Berikut ini beberapa hikmah dari diwajibkannya jilbab bagi seorang Muslimah :

Baca Selengkapnya Di Majalah Alia Edisi Agustus 2009

Meneladani Manajemen Ramadhan Rasulullah saw.

Sukses Ramadhan, tergantung seberapa jauh kita mempersiapkan diri. Persiapan fisik, pikiran dan mental insya Allah akan membuat Ramadhan kita berkualitas.
---
Pernahkan kita bertanya dalam diri : Kenapa di bulan Ramadhan Allah wajibkan kita untuk melaksanakan shaum (menahan diri) selama sebulan penuh dari terbit fajar sampai tenggelam mata hari serta qiyam (berdiri beribadah) di malam hari?

Oleh: Fathuddin Ja'far, MA

لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا

Tulisan ini terdiri dari :

I. Bulan Sejuta Pesona

II. Keistimewaan Ramadhan

III. Hal-Hal Yang Perlu Diketahui Tentang Ramadhan

IV. Manajemen Ramadhan Rasulullah

V. Taqwa dan Karakteristik Orang-Orang Bertaqwa

VI. Kunci Sukses Training Manajemen Syahwat

I. Bulan Sejuta Pesona

بسم الله و الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه......

Sejak bumi dan langit diciptakan, Allah menetapkan 12 bulan dalam setahun (QS. Attaubah : 36). Itulah perhitungan waktu yang berlaku sepanjang sejarah manusia, sejak Adam hadir ke bumi sampai kiamat terjadi. Satu dari 12 bulan tersebut bernama Ramadhan. Pernahkan kita bertanya dalam diri : Kenapa di bulan Ramadhan Allah wajibkan kita untuk melaksanakan shaum (menahan diri) selama sebulan penuh dari terbit fajar sampai tenggelam mata hari serta qiyam (berdiri beribadah) di malam hari?

Menariknya lagi, setiap tahun Ramadhan datang menemui kita tanpa kita minta. Tanpa diundang ia datang membawa sejuta pesona dan keistimewaan serta memberikan berbagai manfaat dalam hidup dan kehidupan kita. Tujuannya tak lain kecuali agar kita setiap tahun mendapat kesempatan mengikuti Training Manajemen Syahwat secara Cuma-Cuma.

Ramadhan adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah pada kita, agar kita dapat kesempatan mengikuti Training Manajemen Syahwat tersebut secara intensif dan berulang-ulang. Hal tersebut disebabkan karena syahwat adalah ancaman permanen terbesar dalam diri orang-orang beriman. Syahwat bisa membinasakan kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Syahwat bisa membutakan mata hati dan pikiran kita sehingga yang haram menjadi halal, yang halal menjadi haram, yang baik menjadi buruk, yang buruk menjadi baik dan seterusnya.

Perlu kita sadari, syahwat akan selalu menjadi ancaman dalan diri kita selama hayat dikandung badan. Sebab itu, kita harus mampu memenej syahwat secara benar, maksimal dan berkesinambungan. Agar kita mampu memenejejnya, di antaranya, Allah syari’atkan pada kita kewajiban mengikuti Training Manajemen Syahwat sebulan dalam setahun. Artinya, seperduabelas (1/12) dari umur kita, khususnya sejak remaja (mukallaf) kita habiskan untuk mengikuti Training Manajemen Syahwat. Subhanallah… Pantas jika target utama shaum Ramadhan itu adalah agar kita meraih derajat tertinggi di sisi-Nya, yakni taqwallah… Artinya, mampu memenej semua aktivitas kehidupan dunia sementara ini sesuai sistem Allah, berpatokan pada halal dan haram yang ditentukan Allah serta terlepas dari tipu daya dunia dan syahwat yang menjerumuskan…

Agar Training Manajemen Syahwat yang diwajibkan selama bulan Ramadhan berkelanjutan sepanjang tahun, maka Rasulullah Saw. membuka peluang training yang sama di hari-hari setelah Ramadhan. Di antaranya, 6 hari di bulan Syawal, mingguan (Senin dan Kamis), bulanan (ayyamul bidh yakni tgl 13, 14 dan 15 setiap bulan Hijriyah), hari Arofah, 10 Muharrom, shiyam Daud (sehari shaum dan sehari berbuka) dan sebagainya.

Orang-orang yang menjalankan dan mengikuti Training Manajemen Syahwat Ramadhan seperti yang disunnahkan Rasul Saw - secara baik dan maksimal - pasti merasakan berbagai manfaatnya dalam kehidupan di dunia, khususnya dalam memenej syahwat secara efektif dan luar biasa. Sebab itu, kebiasaan (habit) dan prilaku hidup di bulan Ramadhan akan mampu mereka teruskan di luar bulan Rmadhan yakni, sampai bertemu Ramadhan berikutnya.

Amat disayangkan bahwa fenomena umum yang muncul dalam masyarakat kita menunjukkan Ramadhan dengan segala keagungan, pesona dan keistimewaannya tidak lebih dari bulan musiman. Musim beramai-ramai ke Masjid, khususnya shalat taraweh. Itupun hanya di hari-hari pertama dan tak bertahan sampai akhir Ramadhan. Musim kreatifitas seni dan budaya yang bernuansa Islam, baik lagu maupun yang yang lain. Musim pengajian, ceramah dan siaran Islam, kendati sebagiannya terkesan dipaksakan dan melanggar nilai-nilai Islam itu sendiri. Musim menyantuni anak yatim dan fakir miskin. Namun setelah Ramadhan usai, usai pula kebiasaan baik tersebut sehingga jumlah fakir miskin semakin bertambah. Ramadhan juga musim mendekatkan diri pada Allah dengan berbagai ibadah. Namun setelah Ramadhan pergi, kitapun menjauh dari Allah dan bahkan tak jarang melupakan-Nya. Pokoknya, Ramadhan usai, usai pula semua bentuk ketaatan, ibadah dan kebaikan tersebut.

Yang lebih mengkhawatirkan lagi ialah, Ramadhan dijadikan musim berlomba-lomba mengumpulkan dan memuaskan syahwat makan dan minum. Bulan berlomba-lomba belanja makanan, pakaian dan kendaraan dengan alasan untuk pulang kampung. Akibatnya, untuk mendapat apa yang diinginkan apapun dilakukan tanpa melihat kebersihan sumbernya. Bahkan ada pula dengan niat yang tidak baik seperti yang diceritakan salah seorang sopir taxi di mana tetangganya sengaja mengkredit motor untuk dibawa mudik lebaran dengan niat nganplang. Begitu pula yang dilakukan sebagian pejabat dan politisi, kendati dengan cara yang berbeda. Yang penting mudik lebaran dengan kendaraan baru.

Fenomena lain yang tak kalah mengkhawatirkan, berbagai kebaikan dan ketaatan yang dilakukan di bulan Ramadhan hanya sebatas formalitas dan tak jarang pula dimanfaatkan sebagai peluang bisnis mencari kekayaan. Nampak dengan jelas berbagai ketaatan dan kebaikan yang dilakukan belum sampai kepada suatu kesadaran yang datang dari lubuk hati yang dalam (ikhlas karena Allah) serta didasari pemahaman yang benar akan inti, hakikat dan aturan main Ramdahan sehingga menjadi habit (kebiasaan) yang berlanjut setelah Ramadhan usai; sampai bertemu Ramadhan berikutnya.

Jika demikian halnya, pantaslah jika syahwat menjadi masalah besar dalam hidup kita. Prilaku buruk seperti, suka berbohong, bergunjing, hasad (dengki), tamak (rakus) pada pernik-pernik duniawi, menipu, curang, berzina, tidak bisa wara’ (menjaga diri dari makanan dan minuman yang haram dan syubhat), korupsi serta berbagai bentuk kriminal dan amoral lainnya kambuh dan tumbuh subur kembali setelah Ramadhan usai. Karena pada kenyataannya, di bulan Ramadhanlah kita sirami syahwat kita dengan berbagai pupuk yang membuat syahwat menjadi tumbuh subur dalam diri kita. Di bulan Ramadhan kita manjakan syahwat makan, minum, pakaian, tempat tinggal, uang, kendaraan dan berbagai bentuk syahwat angan-angan duniawi lainnya. Akirnya yang tumbuh dan berkembang di bulan yang penuh berkah ini adalah syahwat duniawi, bukannya ketaqwaan pada Allah, kerinduan bertemu dengan-Nya yang menjadi target utama disyaria’tkannya ibadah shaum (puasa) di bulan Ramadhan (QS. Al-Baqoroh : 183).

Akibat negatif lain ialah living cost (biaya hidup) kita menjadi sangat tinggi di bulan Ramadhan. Kebutuhan makanan, pakaian, uang, kendaraan dan sebagainya menjadi meningkat tajam selama bulan Ramadhan. Demand (permintaan) berbagai kebutuhan hidup melonjak tajam sehingga mengakibatkan harga-harga menjadi membubung tinggi yang berefek langsung terhadap bertambahnya kesulitan hidup puluhan juta saudara-saudara kita yang tidak mampu (fakir miskin). Ditambah lagi dengan tradisi pulang kampung dan pesta lebaran yang membutuhkan biaya yang sangat besar dan menimbulkan berbagai masalah, resiko keamanan dan beban berat dalam hidup kita.

Semua hal tersebut di atas terjadi sebagai akibat kita kurang menghayati hal ihwal seputar ibadah Ramadhan serta pelaksanaannya yang melenceng dari format Training Manajemen Syahwat Ramadhan yang disyaria’atkan Allah dan Rasul-Nya. Hasilnya sudah dapat dipastikan melenceng pula dari yang ditargetkan Allah dan Rasul-Nya, yakni menggapai taqwallah, rahmat Allah, maghfirah (ampunan) Allah dan ‘itqun (selamat) dari ancaman neraka Allah. Atau dengan kata lain, pada kenyataanya, Ramadhan telah menumbuh suburkan syahwat kecintaan duniawi kita. Ramadhan melahirkan berbagai kesulitan dalam hidup kita di dunia dan juga memancing kesulitan hidup akhirat, sebagai akibat penyimpangan kita dalam pelaksanaan ibadah Ramadhan atau tidak optimalnya kita dalam menjalankan dan memanfaatkan peluang Tarining Manajemen Syahwat selama Ramadhan.

Keistimewaan Ramadhan

Ahlan wa sahlan yaa Ramadhan…. Selamat datang wahai Ramadhan…. Itulah yang diucapkan kaum Muslimin di seantero dunia menjelang bulan Ramadhan tiba. Di Indonesia, lebih seru lagi. Ribuan sepanduk menyambut Ramadhanpun tersebar di mana-mana. Bahkan yang amat mencolok ialah tokoh, politisi, seniman, musisi, media dan partai-partai politik yang tidak care dengan Islampun, dan bahkan memusuhi prinsip-prinsip dan ajaran Islam tak mau ketinggalan menyambut kedatangan bulan yang penuh berkah ini melalu berbagai acara, program, spanduk, iklan dan pamphlet – jadwal imsakiyah Ramadhan-, media cetak maupun elektronik. Hal tersebut mereka lakukan dengan harapan memperoleh berkah (materi dan ketenaran) di Bulan Ramadhan. Bagi para politisi dan partai politik, tentu dengan harapan memperoleh berkah (dukungan kaum Muslimin), khususnya pada Pemilu 2009 yang baru lalu.

Bagi para politis Islam dan partai-partai yang selama ini menyuarakan Islam atau atas nama Islam, mereka merasa panen keberkahan di bulan Ramadhan. Berbagai ungkapan dan istilah dikeluarkan melalui spanduk, iklan, pamflet dan bahkan jadwal imsakiyah Ramadhan. Semua itu tak terlepas dari ajang kampanye dan promosi dengan menempelkan di atasnya foto-foto diri mereka yang menggelikan sambil menyebut Caleg DPR RI/DPRD dari daerah pilihan (Dapil) ini dan itu. Seorang teman melihat kenyataan ini berkata : Beginikah Rasulullah mengajarkan manajemen Ramadhan pada umatnya?

Ahlan wa sahlan yaa Ramadhan adalah sebuah ungkapan yang sangat dalam maknanya. Ungkapan yang mencerminkan penghormatan luar biasa bagaikan menyambut kedatangan tamu yang amat sangat mulia. Memang demikianlah halnya. Ramadhan dengan segala aktivitasnya adalah momentum terbaik mengikuti Training Manajemen Syahwat bagi orang-orang beriman. Ramadhan adalah bulan kemenangan hamba mukmin jika dia berhasil memperoleh kasih sayang, ampunan dan jaminan keselamatan dari neraka dari Allah Rabbul ‘Alamin.

Dalam bait sya’ir yang dilantunkan dalam sebuah nayid tertulis : Ahlan wa sahlan yaa Ramadhan…. Syarrafta yaa syahral qur’an… Selamat datang wahai bulan Ramadhan… Kedatanganmu membawa kemuliaan, wahai bulan Al-Qur’an… Ramadhan adalah bulan berinteraksi dengan Al-qur’an secata intensif dan maksimal dimulai dari membacanya, memahaminya, mengamalkannya, menghafalnya dan menyebarluaskan ajarannya.

Ramadhan bukan bulan promosi dari, partai, kelompok dan momentum berlomba-lomba meraih kekuasaan dan kepentingan dunia lainnya? Melainkan bulan limpahan rahmah (kasih sayang), maghfirah, dan ‘itqun minannar (terlepas dari api neraka) di akhirat kelak. Itulah yang dirasakan Salafush-shalih generasi pertama umat Islam. Mereka merasakan efektifitas amaliyah Ramadhan sepanjang tahun. Setelah enam bulan melewati Ramadhan ,mereka meminta dan berdo’a kepada Allah agar dipertemukan dengan Ramadhan berikutnya.

Semua yang dilansir di atas adalah cerminan salah kaprah dalam menyambut dan menjalankan amaliah (aktivitas) Ramadhan. Agar kita terhindar dari salah kaprah tersebut, perlu kita renungkan dan camkan beberapa keistimewaan Ramadhan seperti yang dijelaskan Allah dan Rasul Muhammad Saw berikut :

1. Ramadhan adalah waktu termahal dalam hidup kita yang datang setiap tahun tanpa diundang. Di dalamnya terdapat satu malam lebih baik dari 1.000 bulan. Malam itu dinamakan Allah dengan Lailatul Qadr (Q.S.Al-Qadr : 1- 5). Waktunya adalah pada 10 hari terakhir Ramadhan, seperti yang diisyaratkan Rasul Saw dalam beberpa haditsnya.
2. Ramadhan dengan segala aktivitasnya, khususnya shaum (puasa) adalah kesempatan emas untuk mengikuti Training Manajemen Syahwat dan disiplin tinggi dalam hidup melalui berbagai ibadah yang kita lakukan baik di siang hari maupun di malamnya. Dalam hadits riwayat imam Bukhari dijelaskan, Rasulullah bersabada : Shaum adalah perisai. Jika salah seorang di antara kamu sedang shaum, maka janganlah berkata kotor dan berprilaku buruk. Jika ada orang yang memancingmu untu keributan atau mencacimu maka katakanlah : Saya ini sedang puasa, dua kali. Demi Dzat yang diri Muhammad ada di tangan-Nya, bahwa bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari wangi kasturi. Dia telah meninggalkan makan, minum dan syahwatnya demi Aku (Allah). Shaum itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, dan satu kebaikan akan dibalas menjadi sepuluh kali lipat. (H.R. Imam Bukhari)
3. Ramadhan adalah bulan bertabur rahmah dan berkah. Ramadhan momentum terbaik untuk taqarrub ilallah (mendekatkan diri pada Allah), kembali ke jalan Allah dan bertaubat atas segala dosa, kesalahan dan kelemahan. Karena di bulan ini pintu syurga Allah buka selebar-lebarnya, pintu neraka Dia tutup serapat-rapatnya dan setan-setan dibelenggu-Nya. (H.R Imam Baihaqi, Ahmad dan Nasa’i). Oleh sebab itu, berbuat kebaikan dan ketaatan di bulan Ramadhan terasa lebih mudah dibanding dengan bulan-bulan lain.
4. Ramadhan dengan segala aktivitasnya adalah momentum termahal untuk meraih kesehatan ruhiyyah (spiritual), sulukiyah (prilaku) dan juga kesehatan jasadiyah (fisik). Telah banyak dilakukan penelitian oleh para pakar tentang pengaruh shaum terhadap kesehatan bagi yang melakukannya. Di antaranya seperti yang dikatakan oleh Dr Abdul Jawad As-Shawi, pakar ilmu kesehatan pada Lembaga Pengkajian Scientific dalam Al-Qur’an dan Assunnah yang berkantor pusat di Makkah, bahwa manfaat shaum di bulan Ramadhan bukan hanya bagi yang melakukannya saat berada di negerinya (muqim), tapi juga termasuk yang musafir, orang tua yang berat baginya berpuasa. Inilah rahasia mukjizat Al-Qur’an yang tercantum dalam surat Al-Baqoroh ayat 184 di mana Allah mencantumkan “ Dan jika kamu shaum adalah khair (lebih baik) bagimu. Kata Khair dalam bahasa Arab adalah superlative degree (isim tafdhil) mencakup kebaikan kesehatan jiwa dan kebahagian di dunia dan akhirat. Sebab itu, Allah tutup ayat tersebut dengan “ Jika kamu mengetahuinya”.
5. Orang-orang yang shaum akan memperoleh dua kegembiraan. Pertama, di dunia yakni saat berbuka dan kedua di akhirat, yakni saat ia bertemu Allah di syurga. (HR. Muslim)
6. Shaum itu akan memberi syafaat (rekomendasi kuat) di akhirat bagi yang melakukannya. Dari Abdullah Bin Umar radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Saw berkata : Shaum dan Al-Qur’an member syafa’at bagi hamba (yang melakukan dan membacanya) pada hari kiamat nanti. Shum berkata : Ya Robbb… Saya larang dia dari makanan dan syahwat di siang hari, maka berilah dia syafa’at. Lalu Al-Qur’an berkata : Saya larang dia tidur di malam hari, maka berilah dia. Maka keduanya (Shaum dan Al-Qur’an) diizinkan Allah menjadi syafaat baginya. (HR. Ahmad)

Kamis, 06 Agustus 2009

Ku Ingin Anak Lelakiku Menirumu

Ku Ingin Anak Lelakiku Menirumu
Oleh : Neno Warisman - 'Izinkan Aku Bertutur'


Ketika lahir, anak lelakiku gelap benar kulitnya, Lalu kubilang pada ayahnya: "Subhanallah, dia benar-benar mirip denganmu ya!"
Suamiku menjawab: "Bukankah sesuai keinginanmu? Kau yang bilang kalau
anak lelaki ingin seperti aku." Aku mengangguk. Suamiku kembali bekerja seperti biasa.

Ketika bayi kecilku berulang tahun pertama, aku mengusulkan
perayaannya dengan mengkhatam kan Al Quran di rumah Lalu kubilang pada suamiku: "Supaya ia menjadi penghafal Kitabullah ya,Yah."
Suamiku menatap padaku seraya pelan berkata: "Oh ya. Ide bagus itu."

Bayi kami itu, kami beri nama Ahmad, mengikuti panggilan Rasulnya.
Tidak berapa lama, ia sudah pandai memanggil-manggil kami berdua: Ammaa. Apppaa. Lalu ia menunjuk pada dirinya seraya berkata: Ammat! Maksudnya ia Ahmad. Kami berdua sangat bahagia dengan kehadirannya.

Ahmad tumbuh jadi anak cerdas, persis seperti papanya.
Pelajaran matematika sederhana sangat mudah dikuasainya.
Ah, papanya memang jago matematika. Ia kebanggaan keluarganya.
Sekarang pun sedang S3 di bidang Matematika.

Ketika Ahmad ulang tahun kelima, kami mengundang keluarga. Berdandan rapi kami semua. Tibalah saat Ahmad menjadi bosan dan agak mengesalkan. Tiba-tiba ia minta naik ke punggung papanya. Entah apa yang menyebabkan papanya begitu berang, mungkin menganggap Ahmad sudah sekolah, sudah terlalu besar untuk main kuda-kudaan, atau lantaran banyak tamu dan ia kelelahan.

Badan Ahmad terhempas ditolak papanya, wajahnya merah, tangisnya pecah, Muhammad terluka hatinya di hari ulang tahunnya kelima. Sejak hari itu, Ahamad jadi pendiam. Murung ke sekolah, menyendiri di rumah. Ia tak lagi suka bertanya, dan ia menjadi amat mudah marah.

Aku coba mendekati suamiku, dan menyampaikan alasanku. Ia sedang menyelesaikan papernya dan tak mau diganggu oleh urusan seremeh itu, katanya.

Tahun demi tahun berlalu. Tak terasa Ahmad telah selesai S1. Pemuda gagah, pandai dan pendiam telah membawakan aku seorang mantu dan seorang cucu. Ketika lahir, cucuku itu, istrinya berseru sambil tertawa-tawa lucu: "Subhanallah! Kulitnya gelap, Mas, persis seperti kulitmu!"

Ahmad menoleh dengan kaku, tampak ia tersinggung dan merasa malu. "Salahmu. Kamu yang ingin sendiri, kan. Kalau lelaki ingin seperti aku!" Di tanganku, terajut ruang dan waktu. Terasa ada yang pedih di
hatiku. Ada yang mencemaskan aku. Cucuku pulang ke rumah, bulan berlalu.

Kami, nenek dan kakeknya, datang bertamu. Ahmad kecil sedang digendong ayahnya. Menangis ia. Tiba-tiba Ahmad anakku menyergah sambil berteriak menghentak, "Ah, gimana sih, kok nggak dikasih pampers anak ini!" Dengan kasar disorongkannya bayi mungil itu.

Suamiku membaca korannya, tak tergerak oleh suasana. Ahmad, papa bayi ini, segera membersihkan dirinya di kamar mandi.

Aku, wanita tua, ruang dan waktu kurajut dalam pedih duka seorang istri dan seorang ibu. Aku tak sanggup lagi menahan gelora di dada ini.Pecahlah tangisku serasa sudah berabad aku menyimpannya.

Aku rebut koran di tangan suamiku dan kukatakan padanya: "Dulu kau hempaskan Ahmad di lantai itu! Ulang tahun ke lima, kau ingat? Kau tolak ia merangkak di punggungmu! Dan ketika aku minta kau perbaiki, kau bilang kau sibuk sekali. Kau dengar? Kau dengar anakmu tadi? Dia tidak suka dipipisi. Dia asing dengan anaknya sendiri!"

Allahumma Shali ala Muhammad. Allahumma Shalli alaihi wassalaam.

Aku ingin anakku menirumu, wahai Nabi. Engkau membopong cucu-cucumu di punggungmu, engkau bermain berkejaran dengan mereka Engkau bahkan menengok seorang anak yang burung peliharaannya mati. Dan engkau pula yang berkata ketika seorang ibu merenggut bayinya dari gendonganmu, "Bekas najis ini bisa kuseka, tetapi apakah kau bisa menggantikan saraf halus yang putus di kepalanya?"

Aku memandang suamiku yang terpaku. Aku memandang anakku yang tegak diam bagai karang tajam. Kupandangi keduanya, berlinangan air mata. Aku tak boleh berputus asa dari Rahmat-Mu, ya Allah, bukankah begitu?

Lalu kuambil tangan suamiku, meski kaku, kubimbing ia mendekat kepada Ahmad. Kubawa tangannya menyisir kepala anaknya, yang berpuluh tahun tak merasakan sentuhan tangan seorang ayah yang didamba.

Dada Ahmad berguncang menerima belaian. Kukatakan di hadapan mereka berdua, "Lakukanlah ini, permintaan seorang yang akan dijemput ajal yang tak mampu mewariskan apa-apa: kecuali Cinta. Lakukanlah, demi setiap anak lelaki yang akan lahir dan menurunkan keturunan demi keturunan. Lakukanlah, untuk sebuah perubahan besar di rumah tangga kita! Juga di permukaan dunia.

Tak akan pernah ada perdamaian selama anak laki-laki tak diajarkan rasa kasih dan sayang, ucapan kemesraan, sentuhan dan belaian, bukan hanya pelajaran untuk menjadi jantan seperti yang kalian pahami. Kegagahan tanpa perasaan.

Dua laki-laki dewasa mengambang air di mata mereka. Dua laki-laki dewasa dan seorang wanita tua terpaku di tempatnya. Memang tak mudah untuk berubah. Tapi harus dimulai. Aku serahkan bayi Ahmad ke pelukan suamiku. Aku bilang: "Tak ada kata terlambat untuk mulai, Sayang."

Dua laki-laki dewasa itu kini belajar kembali. Menggendong bersama, bergantian menggantikan popoknya, pura-pura merancang hari depan si bayi Kini tawa mereka memenuhi rongga dadaku yang sesak oleh bahagia, syukur pada-Mu Ya Allah! Engkaulah penolong satu-satunya ketika semua jalan tampak buntu. Engkaulah cahaya di ujung keputusasaanku.

Tiga laki-laki dalam hidupku aku titipkan mereka di tangan-Mu. Kelak, jika aku boleh bertemu dengannya, Nabiku, aku ingin sekali berkata: Ya, Nabi. aku telah mencoba sepenuh daya tenaga untuk mengajak mereka semua menirumu!


Amin, alhamdulillah