Selasa, 31 Maret 2009

Nafsu Ingin Menjadi Pemimpin

Dr. Daud Rasyid

“Kalian akan berebut untuk mendapatkan kekuasaan. Padahal kekuasaan itu adalah penyesalan di hari Kiamat, nikmat di awal dan pahit di ujung. (Riwayat Imam Bukhori).

Perbedaan zaman Salafus-sholeh yang paling kentara dengan zaman sekarang, salah satunya dalam ambisi kepemimpinan. Dulu, khususnya zaman sahabat, mereka saling bertolak-tolakan untuk menjadi pemimpin.

Abu Bakar Shiddiq diriwayatkan, sebelum diminta menjadi Khalifah menggantikan Rasulullah mengusulkan agar Umar yang menjadi Khalifah. Alasan beliau karena Umar adalah seorang yang kuat.

Tetapi Umar menolak, dengan mengatakan, kekuatanku akan berfungsi dengan keutamaan yang ada padamu. Lalu Umar membai’ah Abu Bakar dan diikuti oleh sahabat-sahabat lain dari Muhajirin dan Anshor.

Dari dialog ini dapat kita pahami bahwa generasi awal Islam, yang terbaik itu, memandang jabatan seperti momok yang menakutkan. Mereka berusaha untuk menghindarinya selama masih mungkin. Tapi di zaman ini, keadaannya sudah berubah jauh.

Orang saling berlomba untuk menjadi pemimpin. Jabatan sudah menjadi tujuan hidup orang banyak. Semua tokoh yang sedang bertarung mengatakan, jika diminta oleh rakyat, saya siap maju. Inilah basa basi mereka. Entah rakyat mana yang meminta dia maju jadi pemimpin. Sebuah kedustaan yang dipakai untuk menutupi ambisi menjadi pemimpin.

Keberatan para Sahabat dulu untuk menjadi pemimpin, dikarenakan mereka mengetahui konsekuensi dan resiko menjadi pemimpin. Mereka mendengar hadits-hadits Nabi Saw tentang tanggung jawab pemimpin di dunia dan di akhirat. "Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya. Imam (kepala negara) adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawabannya atas kepemimpinannya...".

Dalam hadits yang lain Nabi Muhammad Saw memprediksi hiruk pikuk di akhir zaman soal kekuasaan dan menjelaskan hakikat dari kekuasaan itu. Beliau bersabda seperti dilaporkan oleh Abu Hurairah :

“Kalian akan berebut untuk mendapatkan kekuasaan. Padahal kekuasaan itu adalah penyesalan di hari Kiamat, nikmat di awal dan pahit di ujung. (Riwayat Imam Bukhori).

Juga Rasulullah Saw memperingatkan mereka yang sedang berkuasa yang lari dari tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelayan rakyat dan tidak bekerja untuk kepentingan rakyatnya, dengan sabda beliau : “Siapa yang diberikan Allah kekuasaan mengurus urusan kaum Muslimin, kemudian ia tidak melayani mereka dan keperluan mereka, maka Allah tidak akan memenuhi kebutuhannya.” (Riwayat Abu Daud).

Dan dalam riwayat at-Tirmizi disebutkan : “Tidak ada seorang pemimpin yang menutup pintunya dari orang-orang yang memerlukannya dan orang fakir miskin, melainkan Allah juga akan menutup pintu langit dari kebutuhannya dan kemiskinannya.”

Hadits-hadits yang ada lebih banyak menggambarkan pahitnya menjadi pemimpin ketimbang manisnya. Sedang mereka adalah generasi yang lebih mengutamakan kesenangan ukhrowi daripada kenikmatan duniawi. Itulah yang dapat ditangkap dari keberatan mereka.

Sementara orang yang hidup di zaman ini berfikir terbalik. Yang mereka kejar adalah kesenangan duniawi yang didapat melalui jabatan dan kekuasaan. Mereka lupa dengan pertanggung jawaban di hari Kiamat itu. Mereka tidak segan-segan bermanuver dan merekayasa untuk mendapatkan jabatan dan kekuasaan itu.

Kadangkala cara yang dipakai sudah hampir sama dengan cara kaum kuffar atau kaum sekuler, menghancurkan nilai-nilai akhlak Islam yang sangat fundamental; mencari dan mengumpulkan kelemahan lawan politik dan pada waktunya aib-aib itu dibeberkan untuk mengganjal jalan kompetitornya.

Ada pula yang mengumpulkan dana dengan cara-cara yang tak pantas dan tak bermoral. Mendukung calon kepala daerah dalam pilkada dari partai mana saja, asal dengan imbalan materi dengan menyerahkan uang yang besar. Terserah orang itu menang atau kalah nanti, tak begitu penting, yang penting uangnya sudah didapat.

Para pemburu kekuasaan itu beralasan, jika kepemimpinan itu tidak direbut, maka ia akan dipegang oleh orang-orang Fasik dan tangan tak Amanah, yang akan menyebarkan kemungkaran dan maksiat. Tapi jika ia dipegang oleh orang soleh dan beriman, akan dapat mewujudkan kemaslahatan bagi masyarakat luas. Alasan ini memang indah kedengaran.

Namun kenyataannya, semua yang berebut jabatan mengklaim bahwa ia lebih baik dari yang sedang memimpin. Dan tidak ada yang dapat memberi jaminan bahwa jika ia memimpin, keadaan akan menjadi lebih baik.

Bahkan rata-rata orang pandai berteriak sebelum menjadi pemimpin, tetapi setelah masuk ke dalam sistem, mereka tak bisa berbuat banyak. Akhirnya mengikuti gaya orang sekuler. Yang mencoba bertahan dengan idealisme, mendapat serangan dan kecaman dari berbagai pihak, lalu akhirnya menyerah kepada keadaan.

Berapa banyak mantan aktifis mahasiswa yang sebelumnya kritis dan berdemo menentang rezim masa lalu, tetapi sesudah masuk ke dalam sistem, tidak bisa merubah apa-apa, bahkan menggunakan cara-cara yang dipakai oleh rezim sebelumnya, memanfaatkan jabatan untuk menimbun uang dan kekayaan.

Kemudian merekapun menyiapkan alasan-alasan pembelaan; antara lain, merubah sesuatu tak bisa sekejap mata, tetapi harus bertahap, menilai sesuatu tak boleh hitam-putih, apa yang ada sekarang sudah lebih baik dari masa sebelumnya.

Keadaan seperti ini semakin memperkuat keyakinan sebagian orang, bahwa memperbaiki sistem tidak harus masuk terjun ke dalam sistem itu. Bahkan tak mungkin melakukan perubahan selama kita ada di dalam. Sebuah logika terbalik dari slogan yang digembar gemborkan pihak lain, yang kalau mau merubah sistem, harus terjun ke dalam sistem itu. Ternyata kebanyakan yang pernah terjun ke dalam sistem, tidak mampu merubah kerusakan yang ada. Bukan sekedar tak mampu membersihkan, justru ikut terkena kotoran.

Memang ada sebagian yang masuk ke dalam sistem dengan cara yang sah, lalu berjuang di dalamnya dengan penuh resiko, mencoba melakukan perubahan dan bertahan dengan prinsip-prinsip yang dipegangnya. Mereka ini biasanya kalau tak tersingkir, dimusuhi atau makan hati.

Gerakan Islam sebenarnya lebih besar dari sekadar Partai Politik yang dibatasi oleh aturan-aturan formal, aturan main, dan bahkan ideologi kebangsaan. Gerakan Islam berjuang untuk jangka waktu yang tak terbatas, hingga Islam itu tegak berdiri dengan kokoh. Lingkup kerjanya juga tidak hanya menyangkut soal-soal politik.

Ketika gerakan Islam menjadi partai politik, sebenarnya ia sedang dipasung dan dihadapkan pada agenda kacangan yang didiktekan kepadanya yang bukan menjadi agenda utamanya. Bahkan kesibukannya mengurusi soal-soal politik hanyalah pembelokan dari target utama dan juga pemborosan energi yang tak setimpal dengan hasil yang dicapainya. Ibarat membayar dengan harga emas untuk membeli besi.

Betapa sayangnya seorang yang sudah tiga puluh tahun malang melintang dalam gerakan Islam, ujung-ujungnya hanya menjadi tukang lobi kesana-kemari untuk memperjuangkan kursi alias kekuasaan. Sungguh menyedihkan. Yang diperjuangkan oleh gerakan Islam adalah sebuah agenda besar yang mendunia (Ustaziyyatul ‘Alam), bukan agenda lokal dan sektor sempit dan terbatas.

Lalu di sini mungkin pertanyaan akan muncul, apakah urusan lokal yang berujung pada kemaslahtan ummat Islam itu diabaikan? Jawabannya jelas tidak. Akan tetapi biarlah masalah-masalah lokal dan sektoral itu diurusi oleh anak-anak ummat yang mempunyai kualitas lokal.

Adapun gerakan Islam yang sudah mendunia haruslah bekerja sesuai dengan kapasitasnya. Tak pantas pemuda-pemuda gerakan diminta mengurus pilkada, pemilu, menempel-nempel poster, apalagi bertarung dengan orang-orang yang tak sekapasitas dengannya.

Gerakan Islam sekali lagi harusnya mengurusi hal-hal yang lebih besar, lebih strategis, yakni pembinaan ummat, membangun generasi intelek dan beriman, mengarahkan pemikiran ummat kepada cara berpikir yang Islami setelah mengalami degradasi. Anak-anak gerakan yang tak naik kelas bolehlah dipersilahkan terjun ke dunia politik praktis. Karena sampai di situlah mungkin batas kemampuannya.

Ada hikmahnya kenapa Allah swt tidak mengizinkan gerakan Islam di negeri induknya berkecimpung dalam politik praktis secara besar-besaran. Karena hal itu akan membuat mereka lalai dari perjuangan utama. Target utamanya bukan untuk mendapat kursi Perdana Menteri, atau bahkan Presiden sekalipun, tetapi untuk menjadi qiyadah fikriyah bagi pergerakan Islam sedunia.

Andaikan peluang lokal itu terbuka, niscaya mereka akan sibuk dengan masalah-masalah parsial di lapangan sementara tugas mereka jauh lebih kompleks dari membenahi sebuah negara yang masyarakatnya sudah rusak secara ideologis, moral dan perasaan.

Tugas Gerakan Islam lebih besar dari membersihkan korupsi, ketimpangan ekonomi, ketidak merataan pembangunan. Tugas mereka adalah mengembalikan penyembahan kepada Allah setelah mengalami degradasi dengan menuhankan manusia dan Tuhan-tuhan lainnya. (Ikhrojun Naas min Ibadatil Ibad ilaa Ibadatil Robbil Ibaad).

sumber : www.eramuslim.com

Jumat, 20 Maret 2009

Jika Sebuah Cinta

> jika ia sebuah cinta.....
> ia tidak mendengar...
> namun senantiasa bergetar....
>
> jika ia sebuah cinta.....
> ia tidak buta..
> namun senantiasa melihat dan merasa..
>
> jika ia sebuah cinta.....
> ia tidak menyiksa..
> namun senantiasa menguji..
>
> jika ia sebuah cinta.....
> ia tidak memaksa..
> namun senantiasa berusaha..
>
> jika ia sebuah cinta.....
> ia tidak cantik..
> namun senantiasa menarik..
>
> jika ia sebuah cinta.....
> ia tidak datang dengan kata-kata..
> namun senantiasa menghampiri dengan hati..
>
> jika ia sebuah cinta.....
> ia tidak terucap dengan kata..
> namun senantiasa hadir dengan
sinar mata..
>
> jika ia sebuah cinta.....
> ia tidak hanya berjanji..
> namun senantiasa mencoba memenangi..
>
> jika ia sebuah cinta.....
> ia mungkin tidak suci..
> namun senantiasa tulus..
>
> jika ia sebuah cinta.....
> ia tidak hadir karena permintaan..
> namun hadir karena ketentuan...
>
> jika ia sebuah cinta.....
> ia tidak hadir dengan kekayaan dan kebendaan...
> namun hadir karena pengorbanan dan kesetiaan..
>
> Cintailah pasangan anda, seperti anda ingin dicintai
> olehnya
> Setialah pada pasangan anda, seperti anda ingin mendapatkan
> kesetiannya

Selasa, 17 Maret 2009

Barokallahulaka Wabaroka Alaika Wajama'a Bainakuma Fii Khoiro

Happy wedding 4th
13 Maret 2009




ummi darren al-ghozi
love
abi darren al-ghozi


S a y l o v e w i t h e v e r y t h I n g
Dalam kata ada cinta, dalam gerak ada cinta, dalam hati ada cinta
Thanks sudah menemaniku selama ini
With u forever together



copyright@13 maret 2009
abidarren al-ghozi


----

Doa Rabithoh


Sesungguhnya Engkau tahu
bahwa hati ini telah berpadu
berhimpun dalam naungan cintaMu
bertemu dalam ketaatan
bersatu dalam perjuangan
menegakkan syariat dalam kehidupan

Kuatkanlah ikatannya
kekalkanlah cintanya
tunjukilah jalan-jalannya
terangilah dengan cahayamu
yang tiada pernah padam
Ya Rabbi bimbinglah kami

Lapangkanlah dada kami
dengan karunia iman
dan indahnya tawakal padaMu
hidupkan dengan ma'rifatMu
matikan dalam syahid di jalan Mu
Engkaulah pelindung dan pembela

sumber: nasyid izzatul islam

Senin, 16 Maret 2009

Bidadariku


abidarren al-ghozi

Kupilih kamu tidak hanya karena cantik
Kupilih kamu tidak hanya karena mempesona
Kupilih kamu tidak hanya karena indahnya akhlakmu
Kupilih kamu tidak hanya karena manisnya suaramu
Kupilih kamu tidak hanya karena lembutnya hatimu
Kupilih kamu bukan sekedar cinta

Kupilih kamu karena aku ingin ibadah
Kupilih kamu karena aku ingin menyempurkan imanku
Kupilih kamu karena aku ingin tundukan pandangku
Kupilih kamu karena aku ingin surga
Kupilih kamu karena Allah SWT telah memilihkanku

Karena kamulah pengobat hatiku
Karena kamulah penghibur diriku
Karena kamulah pembakar semangatku
Karena kamulah pujaan hatiku

Karena kamulah pilihanku
Karena kamulah terbaik untukku
Karena kamulah bidadariku




Setiabudi, 13 Oktober 2008

Kamis, 12 Maret 2009

Terindah bagimu

Tak tersisa cinta di hatiku
Kuberi semua hanya untukmu
Kau lihat langit biru oh.. untukmu
Setiap hatiku menyebut namamu

Tahukah kau yang membuatku bertahan
Hanya dirimu, hanya cinta dari hatiku
Setenang senja, seluas angkasa
Ruang hatiku kusimpan untukmu

Untuk dirimu, untuk cintamu
Segenap hatiku, seluruh jiwaku
Terbaik dariku, aku kan mencoba
Sesempurna aku, untuk menjadi yang
Terindah bagimu...

Senin, 09 Maret 2009

Berjuang meraih cinta

Bermula keteguhan upaya
Petunjuk membina rumah tangga
Menempuh jalan hidup di dunia
ujian yang silih berganti
tahapan mematangkan diri
Mengajar arti hidup ini

Berjuang meraih cinta
Suka dan duka suratanNya
Mengenal makna jalan bahagia
Masa silih berganti
Ya Rabbi bimbinglah kami
Moga mawaddah wa rahmat mengiringi

Biarpun kekurangan menguji
Namun bersyukur tak pernah henti
Iman sabar ikhlas penyemangat diri
DenganMu ku punyai segala
dunia hanya fatamorgana
akhirat tujuan utama

Semoga?
Setiap detik waktu tak kan terbuang
Setiap masa dalam amalan juang
Jangan dipisahkan bersamaMu
dalam kebahgiaan dan karuniMU

Semoga dengan ini jambatan menemui
Cinta yang sejati
Itu yang abadi

Ya Allah ya Rabbi
bantulah dan bimbinglah
Moga selamat selamanya

Kamis, 05 Maret 2009

cerita cinta


Riuh... ramai..... dan penuh kegembiraan
Taman hati berwarna warni
Panggung istana berdiri kokoh
Lautan cinta mengalir indah muara kasih

Badan terasa sejuk...
Segar tak terkirakan
senyum merekah nadi berdetak lembut
Di tiup angin cinta karena illahi

nyanyian indah sibuah hati
menapaki hari kian berseri
Matanya melihat kearah taman hati
moga kelak menjadi generasi rabbani

Bidadari cinta dan pangeran kasih
Bersenda gurau diangan yang tinggi
Hati pun gembira...
Jiwa pun lega...

Mentari sanubari tersenyum riang
Alam jiwa bergembira ria
pelepas kepenatan malam dan siang
pengobat jiwa penghilang dahaga

Ya Allah...pemilik kesempurnaan
Abadikan keadaan ini
Agar menjadi pedoman
berkumpul disyurga nanti

cerita cinta ini .....



setiabudi,4 maret 2009

Rabu, 04 Maret 2009

Nasihat pernikahan

rangkaian puisi menyambut 4 tahun pernikahan :

Nasihat pernikahan

Kala hati telah bersatu
jagalah dengan kesetiaan
kala cinta telah berpadu
ikatlah dengan pengorbanan
Ia adalah lambang kesucian
tempat bersemayamnya keberkahan
kekuatan menghadapi ujian
kasih sayang membina masa depan


Ilahi kekalkanlah ikatan suci ini
di dalam naungan rahmat-Mu
dan kasih sayang-Mu
kurniakanlah kepada kami
anak soleh dan solehah
sebagai penyejuk mata
dan hati kami …

(rewrite dari berbagai sumber)
setiabudi 2 maret 2009