Rabu, 19 November 2008

PKS Learns to Rock

Kamis, 20/11/2008 09:50 WIB

Laurencius Simanjuntak - detikNews

Jakarta - Menyandang predikat partai dakwah ternyata tidak selalu membuat PKS kaku dalam menentukan pilihan-pilihannya. Termasuk dalam pilihan selera musik.

Acara Silaturahim dan Dialog Antar Keluarga Pahlawan Nasional yang diadakan PKS di Jakarta, Rabu (19/11/2008) tidak menyuguhkan qasidah, pop Islami, nasyid, atau sejenisnya.

Partai Islam ini justru memilih rock. Musik yang sering diidentikkan dengan kebebasan dan perlawanan. Band pop rock asal Bandung, Cokelat, pun menjadi pilihan PKS sebagai pengisi acara.

Tidak tanggung-tanggung, lagu Indonesia Raya yang biasanya dinyanyikan dengan syahdu dalam setiap pembukaan acara nasional, seakan-akan terlalu konservatif untuk dibawakan secara hening. Tanpa mengurangi makna lagu kebangsaan itu, Cokelat membawakannya dengan beat ngerock, dan para hadirin pun seolah-olah mendapat warna baru dari lagu ciptaan WR Supratman itu.

Bahkan Cokelat berulang kali naik panggung membawakan lagu-lagu bernafaskan nasionalisme dan perjuangan, yang tentu saja tetap ngerock, sebagai selingan ketika berlangsungnya dialog.

"Selama saya membawakan acara, baru pertama kali acara diselingi musik seperti ini," ucap host acara sore itu, Rahma Sarita, sambil tertawa kecil.

Pelebaran Sayap

Presiden PKS Tifatul selalu mengatakan partainya akan terus bergerak ke tengah (nasionalis) meninggalkan citra partai Islam ekslusif (kanan) yang selama ini selalu disangkakan kepada PKS.

"Karena pangsa pasar (pemilih) terbesar itu nasionalis," cetus Tifatul di sela-sela acara.

Tifatul pun mengaku tidak takut partai yang dipimpinya itu akan ditinggalkan pemilihnya karena pergeseran ideologi ke tengah ini.

"Menurut riset pemilih PKS 80 persennya adalah pemilih loyal," ujar pria yang biasa dipanggil Ustad ini.

Iklan hari pahlawan (meski kontroversial) dan mungkin juga musik rock pada sore itu mempertegas partai dakwah ini akan meninggalkan citra eksklusifnya dan mendobrak tradisi lama yang kolot.

Lihat saja sikap Ketua FPKS Mahfudz Siddiq yang seperti menahan tubuhnya untuk bergoyang mendengar hentakan Indonesia Pusaka oleh Cokelat, dan hanya bisa mengangguk-anggukan kepala sambil sesekali bertepuk tangan.

Mahfudz dan beberapa kader lain memang masih malu-malu untuk terlalu berekspresi pada sore itu. Atau jangan-jangan mereka justru masih menyimpan energi agar ekspresi itu diluapkan pada saatnya nanti.

Energi yang bisa saja benar-benar meluap dan siap ngerock di waktu yang tepat di 2009. Yang jelas sore itu PKS sedang belajar ngerock.

(lrn/nrl)

Selasa, 18 November 2008

ajb tanah

ajb tanah

mungkin bermanfaat .. bila ada yang berpengalaman/ pernah melakukan transaksi jual-beli tanah bisa menambah/koreksi.

Jual beli tanah merupakan hal yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Apabila antara penjual dan pembeli sudah bersepakat untuk melakukan jual beli tanah terhadap tanah yang sudah bersertifikat maka beberapa langkah yang harus ditempuh adalah :

1. Akta Jual Beli (AJB)
Si penjual dan si pembeli harus datang ke Kantor Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) untuk membuat akta jual beli tanah. PPAT adalah Pejabat umum yang diangkat oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional yang mempunyai kewenangan membuat akta jual beli dimaksud. Sedangkan untuk daerah-daerah yang belum cukup jumlah PPAT-nya, Camat karena jabatannya dapat melaksanakan tugas PPAT membuat akta jual beli tanah.

2. Persyaratan AJB
yang diperlukan untuk membuat Akta Jual Beli Tanah di Kantor Pembuat Akta Tanah adalah :
a. Penjual membawa :
• Asli Sertifikat hak atas tanah yang akan dijual.
• Kartu Tanda Penduduk.
• Bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.
• Surat Persetujuan Suami/Isteri bagi yang sudah berkeluarga.
• Kartu Keluarga.

b. Sedangkan calon pembeli membawa :
• Kartu Tanda Penduduk.
• Kartu Keluarga.

3. Proses pembuatan akta jual beli di Kantot PPAT.

a. Persiapan Pembuatan Akta Jual Beli.
1) Sebelum membuat akta Jual Beli Pejabat pembuat Akta Tanah melakukan pemeriksaan mengenai keaslian sertifikat ke kantor Pertanahan.
2) Pejual harus membayar Pajak Penghasilan (PPh) apabila harga jual tanah di atas enam puluh juta rupiah di Bank atau Kantor Pos.
3) Calon pembeli dapat membuat pernyataan bahwa dengan membeli tanah tersebut ia tidak menjadi pemegang hak atas tanah yang melebihi ketentuan batas luas maksimum.
4) Surat pernyataan dari penjual bahwa tanah yang dimiliki tidak dalam sengketa.
5) PPAT menolak pembuatan Akta jual Beli apabila tanah yang akan dijual sedang dalam sengketa.

b. Pembuatan Akta Jual Beli
1) Pembuatan akta harus dihadiri oleh penjual dan calon pembeli atau orang yang diberi kuasa dengan surat kuasa tertulis.
2) Pembuatan akta harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi.
3) Pejabat pembuat Akta Tanah membacakan akta dan menjelaskan mengenai isi dan maksud pembuatan akta.
4) Bila isi akta telah disetujui oleh penjual dan calon pembeli maka akta ditandatangani oleh penjual, calon pembeli, saksi-saksi dan Pejabat Pembuat Akte Tanah.
5) Akta dibuat dua lembar asli, satu lembar disimpan di Kantor PPAT dan satu lembar lainnya disampaikan ke Kantor Pertanahan untuk keperluan pendaftaran (balik nama).
6) Kepada penjual dan pembeli masing-masing diberikan salinannya.

4. Bagaimana langkah selanjutnya setelah selesai pembuatan Akta Jual Beli ?
a. Setelah selesai pembuatan Akta Jual Beli, PPAT kemudian menyerahkan berkas Akta Jual Beli ke Kantor Pertanahan untuk keperluan balik nama sertifikat.
b. Penyerahan harus dilaksanakan selambat-lambatnya tujuh hari kerja sejak ditandatanganinya akta tersebut.

5. Berkas yang diserahkan itu apa saja ?
a. Surat permohonan balik nama yang ditandatangani oleh pembeli.
b. Akta jual beli PPAT.
c. Sertifikat hak atas tanah.
d. Kartu Tanda Penduduk (KTP) pembeli dan penjual.
e. Bukti pelunasan pembayaraan Pajak Penghasilan (PPh).
f. Bukti pelunasan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

6. Bagaimana prosesnya di Kantor Pertanahan ?
a. Setelah berkas disampaikan ke Kantor Pertanahan, Kantor Pertanahan memberikan tanda bukti penerimaan permohonan balik nama kepada PPAT, selanjutnya oleh PPAT tanda bukti penerimaan ini diserahkan kepada Pembeli.
b. Nama pemegang hak lama (penjual) di dalam buku tanah dan sertifikat dicoret dengan tinta hitam dan diparaf oleh Kepala Kantor Pertanahan atau Pejabat yang ditunjuk.
c. Nama pemegang hak yang baru (pembeli) ditulis pada halaman dan kolom yang ada pada buku tanah dan sertifikat dengan bibubuhi tanggal pencatatan dan ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk.
d. Dalam waktu 14 (empat belas hari) pembeli sudah dapat mengambil sertifikat yang sudah atas nama pembeli di kantor pertanahan.

*(dikutip dari http://www.tni.mil.id)

Biaya Notaris & Pajak Jual Beli Rumah Tanah

April 23, 2007 by catura

Daerah Tangerang
Pajak Penjual 5% x (Harga Jual - 60Juta) (Jika harga jual kurang dari 60juta, tidak kena pajak)
Pajak Pembeli 5% x (Harga Jual - 30 Juta)
Biaya Notaris :
AJB Rp.750.000
Balik Nama Sertifikat Rp.750.000
Pengecekan Sertifikat Rp.200.000
Legalisir Pajak Rp.200.000
Salinan PBB Rp.250.000 (jika bukti pembayaran pajak 10 tahun terakhir tidak ada)

Data berdasarkan November 2007.

Ada Pertanyaan Lebih lanjut Mengenai perpajakan dan pertanahan, silahkan buka website berikut : www.notarisgracegiovani.com

Jumat, 14 November 2008

Tahlil Imam Samudera Lantang

Amrozi dan Muklas Komat Kamit

edisi: Senin, 10 November 2008

TIGA Bomber Bali 1 yang menewaskan 202 orang pada 12 Oktober 2002, Abdul Aziz alias Imam Samudra, Amrozi bin Nurhasyim beserta kakaknya Ali Gufron alias Mukhlas, akhirnya dieksekusi mati di Bukit Nirbaya, Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Minggu (9/11) pukul 00.15 WIB. Jasad ketiganya kemudian diterbangkan menggunakan helikopter dan dimakamkan di kampung masing-masing.

Sebelum timah panas regu tembak menembus tubuh mereka, Imam Samudera alias Abdul Aziz, Mukhlas alias Ali Gufron, dan Amrozi berdiri tenang dengan tangan diikat menyamping ke kanan dan ke kiri. Detik-detik menjelang nyawanya meregang, trio bomber diberi kesempatan berdoa, dan mereka serius memanjatkan permohonan dalam keadaan mata terbuka, tanpa kain penutup seperti layaknya eksekusi.

Detik-detik terakhir sebelum ditembus timah panas, mereka diminta jaksa eksekutir untuk berdoa. Saat itu, Abdus Aziz alias Imam Samudra yang berada di tengah, diapit Amrozi Nurhasyim (kiri), dan Ali Gofron alias Mukhlas melafalkan tahlil dengan lantang.

“La Ilaha Illallah, La Ilaha Illallah, La Ilaha Illallah, kata Imam berulang-ulang. Hanya suara Imam Samudera yang terdengar lantang,” ujar seseorang yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri dari persiapan hingga pelaksaan eksekusi tuntas kepada Persda Network.

Tahlil dengan lafal La Ilaha Illallah yang berarti Tiada Tuhan Selain Allah, merupakan zikir yang dilakukan oleh umat Islam. Biasa diucapkan setiap usai shalat, ketika menghadapi hari-hari besar, saat genting, hingga menghadapi kematian.

Sedangkan Amrozi yang berada di sebelah kiri Imam Samudera, dan Mukhlas yang di posisi sebelah kanan, mulutnya komat-kamit melantunkan doa.

“Amrozi dan Mukhlas juga berdoa tapi tidak terdengar, bibirnya hanya komat-kamit,” lanjut sumber yang meminta jati dirinya dirahasiakan rapat-rapat demi keselamatan.

Begitu tiga regu tembak yang masing-masing terdiri dari 12 orang menarik picu laras panjang, suara dor menggelegar di tengah kesunyian malam. Tak ada rintihan atau desahan kesakitan dari ketiga terpidana ini.
Lima menit pasca tiga peluru menembus masing-masing tubuh ketiga terpidana, kepala mereka pun terjatuh menunduk. “Jadi, hitungan saya tidak sampai 10 menit sudah meninggal. Lima menit, kepalanya sudah tertunduk,” lanjutnya.

Wangi Semerbak

Umi Embay tidak mau berkomentar atas eksekusi yang sudah dilakukan terhadap anaknya, Imam Samudra. Ia lebih suka berbicara panjang lebar dengan para kerabatnya, yang menemaninya menguburkan Imam Samudera. Begitu juga dengan kakak perempuan Imam Samudera, enggan berkomentar banyak.

Istri Imam Samudera, Zakiah Darajad, tak terlihat ikut mendampingi mertuanya Umi Embay. Menurut kerabatnya, Zakiah memang selalu menghindari wartawan.

“Saya melihatnya mukanya begitu bersih bersinar. Sebelum dikuburkan, tak semua badannya kami bisa lihat utuh, hanya bagian mukanya saja,” ujar salah seorang tim kesehatan dari Mer C, Jose Rizal, dalam perbincangan khusus dengan Persda Network, usai pemakaman di rumah kediaman Umi Embay Badriah, ibunda Imam Samudera.

Lulu Jamaluddin yang selama ini menjadi juru bicara keluarga seakan mengamini perkataan tim dokter Mer C, Jose Rizal. Sebelum pemakaman, kakaknya yang ia lihat seakan menebar senyum padanya.
“Insya Allah, Kang Azis mati secara syahid. Jasadnya wangi sekali begitu dimasukkan ke dalam liang lahat,” kata Lulu.

Jose Rizal kembali bercerita. Dua minggu sebelum eksekusi dilakukan, ia diperkenankan memeriksa kesehatan terhadap terpidana mati bom Bali I Amrozi, Mukhlas alias Ali Gufron dan Imam Samudera. Hanya Imam Samudera yang paling sehat.

“Imam Samudera seperti orang yang ingin naik puncak gunung tertinggi. Badannya fit sekali. Sementara Amrozi memerlukan kaca mata dan Mukhlas ada masalah dengan giginya. Hanya Imam yang paling fit,” Jose Rizal mencoba meyakini.

Adik bungsu Imam Samudera, Dedi Chaidir punya cerita lain. Dua jam setelah kabar dari salah satu stasiun televisi, mengabarkan kakaknya sudah dieksekusi regu tembak di Nusakambangan, rumah ibunda Imam, Umi Embay Badriah tercium bau wangi yang begitu semerbak.

“Wangi sekali baunya. Bau bunga yang baru pertama kali saya rasakan. Bau wangi itu muncul tak lama kabar dari televisi (eksekusi),” kata Dedi.

Dedi mengaku sempat bertanya kepada Umi. Namun, Umi tak begitu menghiraukan. “Biarlah bau wangi itu ada. Mungkin itu mukjizat dari Allah, apapun maknanya,” kata Dedi menirukan penuturan Umi Embay Badriah.
Usai azan Subuh Dedi mengaku, lambat laun wangi semerbak itu menghilang seiring dengan munculnya mentari pagi, seraya kabar yang coba meyakinkan Ded Chaidir, jasad kakaknya tak lama lagi akan tiba dari Nusakambangkan untuk kemudian dimakamkan.

Jamin Sekolah Anak

Ketua Umum Gerakan Reformasi Islam (Garis) Encep Hernawan SH MBA mengungkapkan keinginannya untuk mengadopsi keempat anak Abdul Aziz atau Imam Samudra. Keinginan ini disampaikannya usai pemakaman jenazah Imam Samudra.

“Saya bukan ingin, tapi akan mengadopsi keempat anak-anak Imam Samudra. Saya siap dan sanggup sampai mereka sekolah sampai perguruan tinggi manapun yang diinginkan,” tegas Encep
Imam Samudra meninggalkan satu istri, Zakiah Darajad dan empat putra-putri. Putra sulungnya bernama Umar Jundul Haq, kemudian tiga lainnya adalah, Salsabila, Tasniem dan Iyash Jaisy.

Dalam kesempatan itu, Ketua Umum Garis Encep Hernawan memberi dukungannya atas rencana Tim Pembela Muslim (TPM) yang akan menempuh jalur hukum terkait eksekusi yang dilakukan terhadap Imam Samudra, Amrozi dan Mukhlas alias Ali Gufron.

“Kita juga sudah laporkan ke Komnas HAM dalam hal ini karena banyak pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi. Banyak hak Imam Samudra dan Amrozi cs yang dirampas hak-haknya. Mudah-mudahan pemerintahan SBY tumbang dan kita akan buru semua yang melakukan upaya-upaya penzoliman terhadap Imam Samudra,” tandasnya.

Beberapa waktu lalu, GARIS adalah salah satu ormas Islam yang sudah menyiapkan areal pemakaman seluas 1 hektar untuk memakamkan para terpidana mati bom Bali I Amrozi cs. Encep kemudian mengakui, yang berkeinginan seperti dirinya juga datang dari para tokoh masyarakat lain baik tokoh masyarakat Banten maupun para tokoh masyarakat dari daerah lain.

“Bukan saya saja yang ingin mewakafkan tanah untuk tempat pemakaman Amrozi cs, akan tetapi sudah puluhan orang yang ingin mewakafkan tanahnya untuk makam mereka yang kami anggap bukan teroris. Teroris sebenarnya adalah Bush,” tegas Encep. (Persda Network/yls/yat)

Selasa, 04 November 2008

Obama Atau McCain, Tidak Ada Manfaatnya Buat Umat Islam

Menurut ulama Syaikh Anwar Awlaki, Muslim AS seharusnya tidak melibatkan diri dalam pemilu presiden karena fakta menunjukkan bahwa siapapun yang menjadi presiden AS sama sekali tidak memberikan manfaat bagi umat Islam, baik di AS maupun di seluruh dunia.

Sebagai bagian dari masyarakat AS, Muslim Amerika juga antusias untuk ikut memberikan suaranya dalam pemilu presiden AS yang akan digelar 4 November besok. Sejak masa kampanye, muslim Amerika tak jarang berdebat tentang siapa kandidat presiden yang seharusnya mereka dukung, Barack Obama atau John McCain.

Sebagian mereka berpendapat, meski kedua kandidat tidak menjanjikan apa-apa bagi warga Muslim, mereka selayaknya berpatisipasi, paling tidak ada yang lebih baik dari dua pilihan yang buruk.

Namun, menurut ulama Syaikh Anwar Awlaki, Muslim AS seharusnya tidak melibatkan diri dalam pemilu presiden karena fakta menunjukkan bahwa siapapun yang menjadi presiden AS sama sekali tidak memberikan manfaat bagi umat Islam, baik di AS maupun di seluruh dunia.

Dalam tulisan berjudul "Voting for American Presiden" di situs pribadinya, Syaikh Awlaki yang pernah menjadi imam di sebuah masjid di California, AS ini juga mengatakan bahwa sistem demokrasi-yang digembor-gemborkan AS ke seluruh dunia-adalah sistem yang tidak Islami dan umat Islam seharusnya tidak menjadi bagian dari sistem demokrasi itu, apalagi mengadopsinya.

"Jika orang melihat akar dan sejarah demokrasi atau melihat realitas demokrasi yang diterapkan saat ini, mereka akan menyadari bahwa demokrasi adalah sistem yang bukan hanya sangat berbeda, tapi sangat bertentangan dengan sistem Islam," tulis Syaikh Awlaki

Umat Islam, kata Syaikh Awlaki, seharusnya melihat bahwa Barat dalam perangnya terhadap Islam, menawarkan sistem demokrasi sebagai alternatif untuk menentang sistem Syariah. "Jika Barat, sebagai pendiri sistem demokrasi melihat sistem itu berlawanan dengan Islam, mengapa sebagian umat Islam masih ingin mempertahankan partisipasinya dalam sistem demokrasi dan mengadopsinya sebagai landasan politik mereka?" tukas Syaikh Awlaki.

Demokrasi, kata Syaikh Awlaki, adalah sistem Barat yang diciptakan dan dikembangkan di Barat. Dan sekarang, Barat-lah dan bukan Muslim, yang memegang otoritas dan merasa berhak secara penuh untuk mengatakan pada dunia apa itu demokrasi dan bagaimana demokrasi harus dipraktekkan dan diimplementasikan.

Ia menegaskan, umat Islam punya sistem pemerintahan sendiri. Sebab itu, umat Islam sendiri yang harus mendefinisikannya dan tidak membiarkan orang-orang non-Muslim ikut campur dalam ajaran agama kaum Muslimin dan tidak mengajari umat Islam apa yang benar dan apa yang salah.

"Mereka yang gencar mempromosikan agar umat Islam harus berpartisipasi dalam pemilu presiden AS berargumen bahwa kita memilih yang agak baik dari dua pilihan buruk. Prinsip itu tidak salah, tapi mereka lupa bahwa proses ketika memilih diantara dua kandidat yang buruk itu, pada saat itulah mereka sedang berkomitmen pada kejahatan yang lebih besar lagi," papar Syaikh Awlaki.

Pada kenyataannya, kata Syaikh Awlaki, persoalan ini bukan sekedar menjadi orang Amerika dan menjadi bagian dari sistem demokrasi itu tapi lebih pada apa manfaatnya bagi umat Islam jika Muslim AS memilih salah antara Obama dan McCain atau siapa pun dia.

Menurut Syaikh, alasan untuk menghapuskan kendala psikologis antara Muslim dan non-Muslim, ancaman erosi aqidah dan resiko seseorang kehilangan agamanya, jauh lebih berat dibandingkan kemungkinan manfaat yang muncul dari partisipasi umat Islam dalam sistem demokrasi seperti yang berlaku di AS.

"Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana bisa seorang Muslim yang memiliki iman di dadanya menuju kotak suara dan memberikan suaranya pada makhluk macam McCain atau Obama?! Bagaimana umat Islam bisa tidur nyenyak setelah memilij orang-orang macam George W. Bush?."

"Tak peduli apakah pilihan Anda relevan atau tidak, di hari kiamat nanti Anda akan dipanggil untuk menjawab pertanyaan atas pilihan Anda itu. Anda, dibawah paksaan, ancaman atau tidak, secara sadar telah memilih pemimpin bangsa yang mengobarkan perang terhadap Islam," papar Syaikh Awlaki.

Ia mengungkapkan, ada keyakinan yang aneh di sebagian kalangan Muslim AS yang berpartispasi dalam pemilu presiden AS. "Mereka meyakini, jika mereka ikut dalam pemilu orang-orang kafir, maka akan membawa kebaikan bagi diri mereka, sementara jika mereka percaya pada Allah swt tapi mereka menghindari orang-orang kafir-padahal itulah yang dingingkan Allah dari umat Islam-mereka akan kehilangan kebaikan itu dan akan membahayakan diri mereka sendiri," jelas Syaikh Awlaki.

Sikap seperti itu, tegas Awlaki, menunjukkan kelemahan orang Islam karena meyakini bahwa mereka hanya bisa bertahan jika mereka mencari dukungan dari musuh-musuh Allah swt. "Bagi mereka yang beriman, cukuplah Allah buat mereka dan mereka tidak perlu mencari bantuan dari para pemimpin atau pemerintahan orang-orang kafir."

"Ikut memilih Firaun Amerika yang baru, tidak ada manfaatnya bagi umat," tandas Syaikh Awlaki.

Nasehat Syaikh Awlaki bisa menjadi bahan renungan bagi umat Islam, bukan hanya di AS tapi juga di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia yang masih saja "berkiblat" pada sistem demokrasi ala Amerika. Kita lihat bagaimana antusiasnya sejumlah stasiun televisi di negeri ini menyiarkan gegap gempitanya pelaksanaan pemilu di AS, tanpa bersikap kritis terhadap agenda-agenda dan perilaku para kandidatnya terhadap isu-isu dunia Islam dan umat Islam. (ln)